QAYYUMNEWS.ID, Kuansing– MELIHAT rambut dan kumisnya yang memutih, ingatan orang akan tertuju pada alm. Adnan Buyung Nasution.
Rambut sang pengacara kondang yang akrab disapa Bang Buyung itu mirip dengan sosok yang satu ini.
Semangat juangnya jangan ditanya. Boleh tahan! Ia masih suka bercanda, berbagi ilmu, dan bergurau dengan kawan dan lawan diskusinya. Tak hanya dengan teman sejawatnya, juga dengan generasi zaman now saat ini.
Dan, diusianya yang makin menua, memori, dan ingatannya masih kuat dan tajam. Ia selalu mencatat dengan baik dari waktu ke waktu perjalanan hidupnya. Termasuk perjalanan panjang sejarah Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi yang ikut diperjuangkannya.
Ia tempat bertanya yang siap meluruskan yang bengkok. Ia tempat curhat. Ia jadi “kamus berjalan” dan referensi banyak orang. Berbagai predikat melekat pada dirinya. Mulai dari birokrat senior yang multi telenta, pendidik sejati, tokoh agama, cendikiawan muslim, dan predikat lainnya.
Itulah sosok *Drs. RASIMAN RAUF.* Semasa aktif sebagai abdi negara berbagai jabatan strategis pernah dipegangnya. Sebut saja Camat Reteh di Pulau Kijang, Indragiri Hilir. Pada 1991–1997, ia menjadi Camat Kuantan Tengah (masih gabung Benai dan Sentajo Raya). Kemudian pindah ke Kabupaten Kampar, ia menjadi Camat Siak Hulu.
Waktu jadi Camat Kuantan Tengah, Rasiman terkenal dengan kedekatannya dengan masyarakat. Turun ke bawah, bergabung dengan masyarakat. Ikut “maelo” jalur pun dilakoninya.
Pembawaannya tenang dan bersahaja. Tutur katanya lembut dan tersusun rapi memberikan nilai plus bagi dirinya. Ia adalah idola pada masa itu. Orang Kuantan Tengah menyebutnya Pak Camat Ganteng.
Maklum ketika jadi Camat Kuantan Tengah usianya baru 38 tahun. Ibu mana yang tak tergoda menjadikannya menantu. Dan, gadis mana pula yang tak tertarik menjadikan tambatan hatinya.
Oppp……..
Tunggu dulu. Waktu jadi camat di Kuantan Tengah, ia sudah punya pendamping setia dalam suka dan duka. Ehm…..
Ia termasuk camat dari Kuantan Tengah yang sukses meniti karier sampai ke tingkat Provinsi Riau mengikuti pendahulunya. Sebut saja, Drs. H. Jafri Kacak, Drs. H. Asparaini Rasyad, dan Drs. Moh. Ris Hasan.
—–
TAHUN 1999 ketika Kuantan Singingi dimekarkan jadi Kabupaten, ia diajak Drs. Rusjdi S Abrus sebagai Asisten 1 Bidang Pemerintahan. Kariernya terus melejit: pernah menjabat Kadispenda, Ketua Bappeda. Terakhir jadi Sekretaris Daerah. Sebelum pensiun sebagai PNS pada 2009, ia ditunjuk Gubernur Riau sebagai Staf Ahli.
Rasiman termasuk generasi emas yang dimiliki Kuantan Singingi. Bersama Drs. Rusdy S Abrus (Bupati), Drs. Mohd. Ris Hasan (Sekwilda), Ir. Mahdili (Kadis PU), Drs. Zulkifli (Ketua Bappeda), Ir. Helfian Hamid, Ir. Liusman Saleh, dan lainnya merintis pembangunan Kabupaten Kuantan Singingi._
“Merekalah sesungguhnya peletak dasar pembangunan Kabupaten Kuantan Singingi itu.”
Rasiman adalah sosok yang tak pernah“pensiun.” Pemikirannya terus dipakai dan terpakai. Kompetensi, kemampuan, loyalitas, dan keikhlasannya dalam bekerja tak perlu diragukan lagi.
—–
Rasiman menceritakan dua prinsip hidup yang melekat pada dirinya.
Pertama:
Selalulah menanam pohon supaya dapat dinikmati anak cucu._
Kedua:
Berbuatlah pada saat kita bisa berbuat. Jangan berusaha berbuat pada saat kita tidak bisa lagi berbuat.
Kedua prinsif hidup inilah yang dia pegang teguh baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat atau pemerintahan.
Rasiman melanjutkan di mana dirinya menanam atau berbuat suatu kebaikan adalah untuk anak cucu dan orang banyak bukan untuk pribadi dan tak perlu kita tonjolkan untuk mencari popularitas. Apalagi dirinya bukan orang politik yang perlu pencitraan.
“Begitu juga saya berbuat pada saat posisi saya bisa berbuat. Kalau posisi saya sudah digantikan orang saya tidak akan mencampuri urusan itu.”
Misalnya waktu dirinya sudah digantikan jadi Camat. Pantang baginya mengatakan, “Kalau saya camatnya maka akan begini begitu. Ini akan memecah. Lebih baik saya diam….”
Di usianya senjanya banyak yang menilai Rasiman terlihat muda dan tetap sehat. Apa ya kira kira resepnya. Ia hanya tersenyum. “Terlampau berlebihan pujian itu. Usia itu sudah tua. April 2024 nanti sudah 71 tahun,” ujarnya.
Rasiman lalu membuka diri. Dirinya selalu menikmati apa yang diinginkannya. Hal-hal kecil seperti berkumpul hampir tiap minggu dengan teman-teman sebaya terutama teman-teman yang pernah 1 SMP Pekanbaru terus dilakukannya. Walaupun sudah berpisah 55 tahun lalu.
“Persahabatan itu abadi. Beda dengan politik,” ujarnya.
Sekarang di masa pensiunya, kemanapun pergi, ia selalu membawa anak cucu berliburan sesuai kemampuan keuangan. Begitu juga berlibur dengan teman-teman yang pernah sama sekolah.
“Sekarang saya menikmati indahnya kehidupan itu,”ujarnya tersenyum. (*)
Penulis: Sahabat Jang Itam dan Tim
Forum IKKS-IWAKUSI se Indonesia